About Me

Foto saya
EDSA stands for English Department Students Association. EDSA is a place for students of English Department in Diponegoro University who want to study and explore their soft-skills and ability of organization. it will be helpful to us if we have some problems in our study in English Department or Faculty of Letters, for general.

Selasa, 27 Juli 2010

Pemilihan Dekan FIB Undip 2010-2014

Calon Dekan FIB Undip 2010-2014


Berikut ini nama-nama Calon Dekan FIB Undip Periode 2010-2014 yang sudah disahkan Panitia Pemilihan Calon Dekan FIB Undip:

1. Dr. Agus Maladi Irianto, M.A. (Sastra Indonesia)

2. Dr. Dewi Yuliati, M.A. (Sejarah)

3. Dr. Muhammad Abdullah, M.Hum. (Sastra Indonesia)

4. Drs. Mulyono, M.Hum. (Sejarah)

5. Prof. Dr. Nurdien H. Kistanto, M.A. (Sastra Inggris)]

6. Prof. Dr. Sutejo K. Widodo, M.Si. (Sejarah)

7. Dr. Yetty Rochwulaningsih, M.Si. (Sejarah)



Jadwal Pemilihan Dekan FIB Undip 2010-2014


Kamis, 22 Juli 2010 - Kamis, 5 Agustus 2010

  • Sosialisasi calon dekan dengan poster, spanduk, pengumuman, dll
  • Penyerapan aspirasi dari segenap civitas akademika FIB Undip

Kamis, 5 Agustus 2010 - Selasa, 10 Agustus 2010

  • Rapat Senat FIB Undip untuk pemungutan suara
  • Pelaksanaan pemungutan suara


original post:
http://www.fib.undip.ac.id

metamorphoEDSA

EDSA dan Metamorfosisnya

Mungkin tulisan ini terlambat diposkan, tapi tidak ada salahnya membuka album kenangan, bukan?

Judul diatas memiliki korelasi tentang sebuah kegiatan besar yang dilaksanakan oleh EDSA, yaitu METAMORPHOEDSA. Adalah suatu kegiatan tahunan yang mengusung budaya sebagai ide pokok dari seluruh rangkaian kegiatan yang diselenggarakan. Sebelum kita beranjak mengenai kegiatan-kegiatan tersebut, tidak ada salahnya saya mengajak Kawan untuk bertukar pandangan mengenai kegiatan tahunan ini.

EDSA merupakan singkatan dari English Department Student Association atau Himpunan Mahasiswa Jurusan Sastra Inggris. Sebagai sebuah HMJ yang cukup konsisten di kalangan kampus Fakultas Ilmu Budaya Undip, EDSA ingin memberikan suguhan yang menarik dan bermanfaat baik bagi mahasiswa maupun masyarakat umum. Terlahirlah ide METAMORPHOEDSA yang merupakan paduan dari kata metamorphosis dan EDSA. EDSA ingin selalu berubah, ingin selalu menjadi lebih baik, memberi manfaat lebih kepada semuanya. Oleh karena itu, METAMORPHOEDSA--dengan 3 acara yang berbeda—menyuguhkan suatu ide tentang budaya yang agaknya jarang ditampilkan di kota Semarang ini. Tanggal 21 Mei 2010 menjadi pilihan untuk menyelenggarakan seminar nasional dengan tajuk “Membangun Bangsa dengan Pendekatan Budaya”. Drs Mulyo Hadi Purnomo, Acep Zamzam Noor, dan Sitok Srengenge didapuk untuk memberikan sedikit uneg-uneg tentang apa yang seharusnya kita lakukan sebagai mahasiswa untuk bertindak membangun bangsanya dengan bidang yang jarang dipandang orang lain sebagai acuan: budaya. Garna Raditya menjalankan tugasnya sebagai moderator berhasil membuat para peserta seminar “gelisah” dengan fakta-fakta mengenai kebudayaan dan budaya bangsa kita yang ternyata masih sangat jarang dipandang sebagai hal yang signifikan. Hasilnya diskusi terbuka antara para pembicara dan peserta menjadi kian menggelisahkan. Panitia juga menghadirkan sajian pembuka dengan menampilkan sebuah tarian dari Lampung, yaitu tari Sembah dan tari sebagai penutup. Rasanya seharian berdiskusi mengenai budaya tak akan cukup. Bertempat di gedung Dharma Wanita Semarang, seminar budaya nasional ini menjadi tolok ukur bagaimana kita bersikap terhadap budaya-budaya bangsa kita.

Adalah hari berikutnya, 22-23 Mei 2010, METAMORPHOEDSA memberi kesempatan pula untuk adik-adik SMA kita untuk unjuk gigi dalam 3 kategori kompetisi bahasa inggris: debate competition, story telling, dan news casting. Selama 2 hari adik-adik dari berbagai SMA di penjuru Jawa Tengah berkompetisi menjadi yang terbaik. Meskipun beberapa institusi pendidikan lain juga mengadakan kompetisi yang serupa, peserta kompetisi lebih memilih untuk menunjukan kebolehan mereka dalam rangkaian acara METAMORPHOEDSA ini. Terhitung ada 23 tim untuk kompetisi debat yang cukup ketat. Dan menghasilkan SMA Negeri 4 Semarang A sebagai juara 1 dan SMA Negeri 4 Semarang B sebagai juara 2, sedangkan SMA Negeri 1 Semarang menempati posisi ketiga. Dengan Elizabeth Alfanisa dari SMA Negeri 3 Solo yang mendapat predikat best speaker. Dan untuk story telling ada Jelita Sari Wiedoko dari SMA Negeri 1 Banjarnegara sebagai juara 1, Amanda Kristiani dari SMA Sedes Sapientiae Semarang di posisi kedua, dan di tempat ketiga ada Mutiara Adzani Harinda dari SMA Negeri 3 Solo. Kemudian ada tiga nama juara dari news casting yaitu Samuel Binowo sebagai juara pertama, Martin S. G. P sebagai juara kedua, keduanya dari SMA Theresiana 1 Semarang dan Wenzeslaus Khariton dari SMA Sedes Sapientiae Semarang sebagai juara ketiga.

Tanggal 30 Mei 2010, Auditorium Imam Bardjo Undip menjadi saksi bisu puncak serangkaian acara METAMORPHOEDSA tahun kedua ini. Dibuka dengan tarian yang merupakan tarian yang beberapa waktu yang lalu diperdebatkan dengan negara tetangga, yaitu tari Pendet, acara terakhir dari acara METAMORPHOEDSA ini dimulai. Selanjutnya penonton diperlihatkan kebolehan dari komunitas-komunitas budaya di Semarang dan sekitarnya dengan berbagai macam tarian daerah. Reog, Kecak, Magellu, Saman, Tortor, dan masih banyak lagi tak hentinya memuaskan para penonton. Selain itu para pengunjung juga dapat melihat langsung beberapa budaya nusantara melalui stan-stan kebudayaan yang terdapat di area kegiatan. Dan tentunya bagi pengunjung yang ingin mencicipi kuliner dari berbagai daerah di Indonesia dapat mampir sejenak di Traditional Food Festival. Disana pengunjung dapat mencoba makanan dan jajanan dari berbagai daerah. Getuk Magelang, Wedang Ronde Pecel Madiun, Coto Makassar, Lontong Sayur, Pempek Palembang, Bubur Kacang Ijo, Batagor, Tekwan, Combro, Kerak Telor, Putu Ayu, Angkringan, Es Kuwud Bali, Es Pisang Ijo, Gempol, Bajigur, Gandos merupakan pilihan kuliner yang dijajakan.

Puncaknya penampilan bintang tamu yaitu The Trees and The Wild dan Monkey to Millionaire yang baru pertama kali tampil secara langsung di kota Atlas ini mampu membius penonton yang sudah memadati Auditorium Imam Bardjo undip sejak pukul 7 malam. Keduanya merupakan band dari Jakarta dengan indie label. Berdasarkan kategori 20 album terbaik menurut majalah Rolling Stones, The Trees and The Wild menempati posisi keduapuluh dan Monkey to Millionaire di tempat ketiga. Jadi tidak salah jika para penonton sangat terpuaskan dengan penampilan keduanya. Sebelumnya band-band indie Semarang menyuguhkan kepiawaian mereka seperti Lipstik Lipsing, Rastaline, Ok Karaoke, dan Warehouse. (Dhani)